Whatsapp Group dan Obsesi Kita (1-3)
Hari ini, pengguna ponsel pintar mana yang tak memakai aplikasi Whatsapp? Selain nama yang cocok dan seakan menghipnotis sekian milyar jari untuk selalu mengunjungi ‘rumah’nya demi menjawab pertanyaan ada apa? apa yang baru terjadi? apa yang sedang menjadi buah bibir, dan semacamnya, Whatsapp terbilang tidak ribet. Tak perlu mengingat—apalagi menghafal—PIN, tak ada iklan, gratis instalasi, berkapasitas ringan, dan yang barangkali juga tak kalah penting, menawarkan fitur yang cukup lengkap. Satu di antaranya adalah karena Whatsapp yang biasanya diakses di ponsel pintar juga bisa diintegrasikan dengan computer sehingga ini sangat memudahkan pengguna dalam mentransfer file dari PC tanpa harus menggunakan kabel data apalagi pembaca data (card reader maksudnya).
Dengan hanya menyimpan nomor ponsel seseorang di buku telpon, kita sudah bisa melacak orang tersebut di Whatsapp. Plus, jika setting-an mendukung, kita bisa melihat foto profil, isian untuk kolom about bahkan last seen atau waktu terakhir yang bersangkutan online dan menyambangi Whatsapp. Easy, right? Tak hanya itu, jika nomor kita juga disimpan di buku telepon yang bersangkutan, stalking kini bukan lagi menjadi suatu kemewahan sebab kapanpun ia membuat status (story, kalau bahasa Facebook) baru yang berisi gambar, video atau infogram pribadi, kita bisa dengan mudah mengetahui, berkomentar hingga terlibat percakapan panjang. There is almost no secret in the virtual worlwide today.
Di luar beberapa hal yang membuat hidup terasa mudah, fitur seru yang ditawarkan Whatsapp adalah Whatsapp Group (selanjutnya disebut WAG). Fitur inilah yang barangkali paling dirindukan seorang pengguna ketika sehari saja ia tak bisa berselancar di dunia maya karena pulsa yang koit, jaringan yang tak mendukung, wi-fi sedang trouble atau ponsel yang tiba-tiba harus berpindah tangan karena satu dua hal. Selain daya tampung anggota yang cukup banyak, kapasitas Whatsapp yang rendah memudahkan maksimalisasi operasional fitur-fiturnya sehingga proses loading-pun tidak terlalu lama. To sum up, WAG enak karena light, cukup private dan multifungsi.
***
In general, WAG memungkinkan koneksi dengan pengguna lain dari latar belakang, minat dan concern yang sama. Karena itulah untuk bisa bergabung dalam sebuah WAG, anggota baru harus mendapat undangan berupa link yang menghubungkan ke WAG atau ditambahkan oleh admin WAG. Setelah tergabung dalam sebuah WAG tertentu, ada sangat banyak hal yang bisa dilakukan, mulai dari mendapat kenalan baru, gebetan, bertemu mantan, silaturrahim dengan sanak saudara, reuni dan nostalgia dengan teman lama, menggelar rapat atau pelatihan daring, mengembangkan sayap bisnis, berdiskusi paling gojek hingga paling serius, berbagi dan menyerap informasi, dan lain-lain. Seorang newcomer tidak bisa mengakses percakapan di WAG yang terjadi sebelum dirinya bergabung.
Memfasilitasi komunikasi yang lancar melalui jalur dan bentuk yang nyaman dan featurefull. tak mengherankan jika nyaris semua komunitas memiliki WAG. Dari lingkaran keluarga, ada WAG sendiri. Ini bisa jadi beragam dari keluarga inti hingga keluarga besar. Sekian langkah dari rumah, ada komunitas tetangga mulai dari kompleks, RT, RW, karang taruna, desa, dan seterusnya yang juga disatukan dengan WAG. Di tempat kerja, sekolah atau berbisnis, tentu lebih banyak lagi macamnya. Belum lagi WAG alumni dari TK hingga PT ataupun pelatihan dan seminar semacamnya. Mereka yang memiliki common hobby, common concern, common fan, common occupation, , atau kesamaan lain, juga akan tergabung dalam WAG sendiri. Ini tentu belum termasuk WAG sempalan yang kadang mau tak mau muncul untuk kepentingan yang dirasa membutuhkan adanya area baru yang lebih eksklusif dibanding WAG lain dengan anggota yang lebih banyak.
Hingga tulisan ini dimulai dan diutak-atik ke sana-sini, belum diketahui pasti adakah jumlah maksimal WAG yang bisa diikuti seorang pengguna. Pertanyaan tersebut setidaknya menjadi penting untuk diajukan sebab dari gelagatnya, jika WAG semakin populer dan setiap sekian detik lahir ratusan WAG baru di seluruh dunia dengan sekian ragam, ruang lingkup, tujuan dan tajuknya, bukan tak mungkin kumpul-kumpul dalam rangka kopi darat, reunian, seminar dan pelatihan tak akan preferable lagi. Bagaimana tidak, dengan hanya bermodal ponsel pintar, daya baterai dan paket data atau sambungan nirkabel wifi, orang-orang yang terpencar di belahan dunia dan timezone yang berbeda bisa bertemu secara virtual untuk bertukar kabar, berbagi informasi, melakukan kordinasi atau apapun yang mereka ingin bincang dan lakukan.
Apalagi, WAG, seperti halnya media sosial lain, memungkinkan penggunanya berhaha-hihi dengan orang lain yang belum dikenal secara darat. Ini saya alami ketika tergabung dalam WAG bertajuk Ibu Hamil Sehat dan Bahagia. Saking ramai dan informatifnya, saya sampai merasa tidak perlu membaca artikel/buku seputar kehamilan karena nyaris semua serba-serbi kehamilan dikupas tuntas di grup tersebut. Celakanya, selain grup tersebut, ada hampir 40-an WAG di mendiang HP jadul saya yang membuat saya, mau tak mau, berpikir bahwa meski fitur ‘mute’ atau bisu di WAG diaktifkan karena terganggu dengan nada dering yang berbunyi nyaris setiap lima detik atau merasa kurang berkepentingan dengan percakapan di dalamnya, saya toh tetap stay di situ seolah tidak ada fitur exit group. Ada semacam perasaan sungkan—atau eman—untuk keluar dari WAG sehingga menjadi silent reader adalah alternatifnya.
Selain bagi pengguna yang memiliki keterbatasan kapasitas (memori) ponsel pintar sehingga memutuskan untuk memangkas beberapa WAG yang dianggap tak penting, WAG tetap menjadi primadona. Eksis di dalamnya, meski tak pernah bersuara sekalipun, memastikan keterbaharuan informasi di lingkungan tertentu sehingga seorang pengguna bisa selamat dari ancaman ‘out of date’. Banyaknya WAG yang diikuti kemudian, kurang lebih, menjadi barometer baru luasnya pergaulan seseorang sekaligus jumlah teman, keluasan jaringan dan skala prestise tertentu. Ini juga termasuk kerempongan dan tugas baru untuk mengkhatamkan percakapan di WAG yang jumlahnya kadang tak terbendung dengan teknik skimming dan skipping.
Gambar: www.medio.com
Posting Komentar